Main
Jaran atau Pacuan Kuda merupakan salah satu permainan rakyat yang sangat
digemari oleh Penduduk Kabupaten Sumbawa, selain menjadi atraksi hiburan, Main
Jaran juga menjadi ajang meningkatkan harga jual kuda, karena kuda yang biasa
sering menjadi pemenang Main Jaran harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Main Jaran atau Pacuan Kuda yang ada di Kabupaten Sumbawa dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia adalah menggunakan Joki Cilik atau penunggang kuda berusia antara 8 s.d 12 tahun. Selain itu juga kuda yang dipacu merupakan kuda lokal yang tubuhnya tidaklah tinggi besar seperti umumnya kuda yang dipacu di daerah lain.
Even Main Jaran dilakukan umumnya setelah panen raya dan musim kemarau. Arena yang digunakan untuk Main Jaran berbentuk Oval disebut Kerato.
Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Main Jaran atau Pacuan Kuda yang ada di Kabupaten Sumbawa dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia adalah menggunakan Joki Cilik atau penunggang kuda berusia antara 8 s.d 12 tahun. Selain itu juga kuda yang dipacu merupakan kuda lokal yang tubuhnya tidaklah tinggi besar seperti umumnya kuda yang dipacu di daerah lain.
Even Main Jaran dilakukan umumnya setelah panen raya dan musim kemarau. Arena yang digunakan untuk Main Jaran berbentuk Oval disebut Kerato.
Ini
Permainan rakyat di Sumbawa..
kalo karapan sapi ang di wilayah Jawa tu di darat, yang satu ini arenanya di air.. makanya permainan ini bisanya di adakan menjelang musim tanam padi..
sawah kan lagi berair tuh!
becek udah pasti. tapi seruuu coz ada musik yang mengiringi.. musik tradisional yang syahdu..
kalo karapan sapi ang di wilayah Jawa tu di darat, yang satu ini arenanya di air.. makanya permainan ini bisanya di adakan menjelang musim tanam padi..
sawah kan lagi berair tuh!
becek udah pasti. tapi seruuu coz ada musik yang mengiringi.. musik tradisional yang syahdu..
Kunjungi
kekhasan tradisi Sumbawa Barat. Salah satunya adalah karapan kerbau di
Kabupaten Sumbawa. Sebelum karapan dimulai, kerbau dikumpulkan di lapangan.
Kerbau diikat dengan tali merah oleh pemiliknya.
Antarpemilik melombakan kecepatan lari kerbau mereka di arena berlumpur. Kerbau berderap kencang saling adu sampai garis finis. Kegiatan ini lazim sebagai permainan khas yang lazim disaksikan di wilayah ini.
Antarpemilik melombakan kecepatan lari kerbau mereka di arena berlumpur. Kerbau berderap kencang saling adu sampai garis finis. Kegiatan ini lazim sebagai permainan khas yang lazim disaksikan di wilayah ini.
KARACI
Permainan adu ketangkasan ini terdapat juga di daerah lain seperti di pulau Lombok yang disebut Perisaian. Perbedaan signifikan keduanya terdapat pada bentuk perisai.
Pada permainan Karaci, bentuknya bulat lonjong, sedangkan Perisaian bentuknya empat persegi.
Permainan ini biasanya dilakukan pada waktu malam hari oleh dua orang pria dewasa yang memakai pakaian pembungkus khusus agar tidak sakit jika terkena pukulan, masing-masing memegang tongkat pemukul (“Semambu”) dan sebuah perisai (=”Empar”) berbentuk bulat lonjong. Yang terbuat dari kulit kambing atau kerbau. Masing-masing pria jagoan mewakili kelompok yang diawali dengan gerak tari (“ngumang”) serta berpantun (“Balawas”), mencari tandingan atau musuhnya.
Setelah menjumpai lawan yang seimbang, maka mereka mulai pertarungan dengan saling mencari kesempatan untuk dapat memukul lawannya, atau berpukul-pukulan.
Di antara mereka terdapar 2 orang wasit pemisah yang masing- masing memegang tongkat pemisah (“pagala”) yang panjangnya sekitar 3-4 meter.
Untuk menyemarakkan suasana selama berlangsungnya pertarungan, permainan ini diiringi pula oleh gendang atau beduk dan gong.
Permainan dilakukan dalam 2 babak, yang mula-mula dengan “Oker Owe”, saat ujung tongkat pemukul bersentuhan lebih dahulu.
Babak kedua mencari kesempatan untuk memukul lawan dengan mengalahkannya, kemudian menari-nari (“ngumang”) di depan obor Bambu (=”bekas”) untuk memperagakan tubuhnya apakah ada bekas pukulan (“bilar”) atau tidak. Biasanya masing-masing jagoan dari masing-masing kelompok memiliki seorang “Sandro” (Dukun).
Karaci ini menunjukkan sifat Keberanian, Kejantanan, dan kekebalannya. Permainan ini pada masa kerajaan dilaksanakan di alun-alun istana. Namun sekarang ini diadakan dilapangan terbuka. Namun itupun hanya kadang-kadang saja...
jika diantara sahabat ada yang ingin mencoba kerasnya permainan ini lansung saja kesumbawa dijamin ngak nyesal hehehehe...
Asal
Usul
Di
Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat terdapat sebuah permainan tradisional
yang disebut sebagai barempuk. Sesuai dengan namanya, dalam permainan ini para
pesertanya akan saling rempuk atau memukul satu sama lain menggunakan tangkai
bulir padi yang telah dipotong. Mengenai kapan dan dari mana permainan ini
berasal sudah tidak diketahui lagi karena telah ada dan dimainkan oleh penduduk
Sumbawa secara turun-temurun hingga saat ini.
Pemain
Barempuk
adalah permainan yang hanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Para pemainnya
dipilih di antara petani yang sedang memanen dan atau penonton yang dianggap
memiliki kekuatan fisik seimbang untuk dipertarungkan. Selain pemain, barempuk
juga menggunakan wasit sebagai pengatur jalannya permainan dan menentukan
pemenangnya.
Tempat
dan Peralatan Permainan
Permainan
barempuk atau disebut juga baranak bawi umumnya dilakukan di areal persawahan
yang tengah mata rame (panen). Arenanya sendiri dibuat di tengah sawah yang
sisinya ditandai dengan tancapan bendera. Tujuannya agar orang mengetahui bahwa
di tempat itu akan diselenggarakan barempuk, sehingga mereka akan datang
berbondong-bondong untuk melihatnya.
Adapun
peralatan yang digunakan dalam permainan adalah tangkai padi berbulir yang baru
saja dipotong menggunakan rangap atau ani-ani sebanyak genggaman dua belah
tangan. Tangkai padi berbulir ini nantinya akan digunakan sebagai pelapis atau
pembalut tangan serta alat untuk memukul.
Aturan
Permainan
Aturan
dalam permainan barempuk tergolong sederhana, yaitu pemain diharuskan saling
pukul menggunakan tangkai padi berbulir hanya pada bagian perut ke atas. Dan,
selama permainan berlangsung tidak boleh menggigit lawan mainnya.
Jalannya
Permainan
Permainan
barempuk diawali dengan pemilihan calon peserta. Caranya, peserta yang telah siap
dengan tangkai padi berbulir di tangannya berjalan ke tengah arena sambil
ngumang mencari lawan tanding yang masih berada dalam kerumunan penonton. Bila
ada yang berani melawan, keduanya lalu berdiri saling barhadapan dengan wasit
diantara keduanya untuk menjelaskan peraturan dalam barempuk, seperti: hal-hal
yang tidak boleh dilakukan selama pertarungan berlangsung dan lain sebagainya
yang bersifat teknis pelaksanaan.
Selesai
menjelaskan peraturan barempuk, wasit lalu memberi aba-aba dengan peluit untuk segera
memulai pertarungan. Sejurus setelah peluit berbunyi, kedua pemain akan saling
menyerang menggunakan tangkai padi berbulir. Mereka berusaha menunjukkan
kelihaian gerakan menyerang, menangkis pukulan, serta mencuri kelengahan agar
dapat mendaratkan sabetan tepat di tubuh lawan. Begitu seterusnya hingga wasit
membunyikan peluit sebagai tanda permainan berakhir.
Nilai
Budaya
Barempuk,
sebagai suatu permainan atau dapat dikategorikan sebagai seni bela diri yang
tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sumbawa, jika dicermati mengandung
nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan acuan dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai-nilai itu antara lain: kesehatan, kerja keras, kedisiplinan,
kepercayaan diri, dan sportivitas.
Nilai
kesehatan tercermin dari gerakan atau teknik-teknik pukulan dan tangkisan yang
dilakukan, ketika sedang bertanding. Dalam hal ini, gerakan-gerakan dalam
bermain barempuk harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga otot-otot tubuh akan
menjadi kuat dan aliran darah pun menjadi lancar. Ini membuat tubuh menjadi
kuat dan sehat.
Nilai
kerja keras tercermin dari usaha untuk menguasai teknik-teknik yang ada dalam
barempuk. Tanpa kerja keras mustahil teknik-teknik untuk memukul maupun
menangkis serangan lawan dapat dikuasai secara sempurna.
Mempelajari
seni barempuk juga memerlukan kedisiplinan, baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap aturan-aturan yang diberlakukan. Tanpa kedisplinan dan ketaatan atau
kepatuhan kepada aturan-aturan tersebut akan sulit bagi seseorang untuk
menguasainya secara sempurna.
Selain
itu, mempelajari barempuk, sebagaimana permainan bela diri lainnya, berarti
mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan, baik demi keselamatan diri maupun orang lain. Dengan menguasai seni
barempuk seseorang akan memiliki keberanian dan menjadi percaya diri sehingga
tidak takut gangguan dan atau ancaman dari pihak lain.
Dan,
nilai sportivitas tercermin dari sikap dan perilaku para pelakunya yang secara
jantan mau mengakui keunggulan lawan dan menerimanya dengan lapang dada. Hal
ini penting karena dalam suatu pertandingan tentu ada kalah dan menang yang
jika tidak disikapi secara sportif dapat menjurus ke arah kekerasan. (ali
gufron)
Sumber:
“Barempuk”.
http://www.sumbawakab.go.id/index_static.html?id=174 . Diakses 20 April 2013.
“Permainan
Barempuk”. 2012.
http://nettiliskayanti.blogspot.com/2012/12/permainan-barempuk.html. Diakses 22
April 2013.
“Seni
Budaya Sumbawa”.
http://gemparvaroz.blogspot.com/2011/06/seni-budaya-sumbawa.html. Diakses 22
April 2013.
'NGANYANG'TRADISI BERBURU SUMBAWA
Berburu
atau 'Nganyang' biasanya diadakan setelah panen rakyat yang juga dimaksudkan
sebagai upaya pelestarian budaya ‘tau samawa’yang sudah menjadi tradisi turun
temurun masyarakat suku Sumbawa.
Ada 2 jenis hewan yang sering diburu oleh masyarakat Sumbawa yaitu Babi dan Menjangan/rusa. Berburu Babi biasa disebut dengan“Nganyang Bawi”, biasa dilakukan untuk membasmi hama babi yang kerap merugikan masyarakat. Sedangkan Berburu Menjangan biasa disebut dengan“Nganyang Mayung”, biasa dilakukan pasca panen sebagai hiburan.
Nganyang yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di kec.Seteluk kab.Sumbawa barat ini cukup ramai karena membludaknya peserta yang ikut berpartisipasi. Ada yang berdasarkan hobi berburu adapula yang penasaran dengan prosesi “nganyang” ini.
Perlengkapan yang harus dibawa oleh peserta adalah anjing, tombak (poke), Buja, Tear dan sejenisnya.
Sementara kriteria pemenang ditentukan dengan melihat anjing atau pemburu dari kelompok mana yang lebih dahulu menemukan hewan buruannya
Ada 2 jenis hewan yang sering diburu oleh masyarakat Sumbawa yaitu Babi dan Menjangan/rusa. Berburu Babi biasa disebut dengan“Nganyang Bawi”, biasa dilakukan untuk membasmi hama babi yang kerap merugikan masyarakat. Sedangkan Berburu Menjangan biasa disebut dengan“Nganyang Mayung”, biasa dilakukan pasca panen sebagai hiburan.
Nganyang yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di kec.Seteluk kab.Sumbawa barat ini cukup ramai karena membludaknya peserta yang ikut berpartisipasi. Ada yang berdasarkan hobi berburu adapula yang penasaran dengan prosesi “nganyang” ini.
Perlengkapan yang harus dibawa oleh peserta adalah anjing, tombak (poke), Buja, Tear dan sejenisnya.
Sementara kriteria pemenang ditentukan dengan melihat anjing atau pemburu dari kelompok mana yang lebih dahulu menemukan hewan buruannya
0 komentar:
Posting Komentar